Kamis, 12 Januari 2012

Salam sayang untuk Tuan Teroris

Minggu, 3 April 2011, JTM-xxx, harmoni-pulogadung.

Kepada yang terhormat Tuan Teroris, apapun jenis kelaminmu, yang memiliki hati nurani, sebelum saya berpanjang lebar disini saya sudah berusaha sebisa mungkin agar pikiran saya selalu positif terhadap anda.
beberapa waktu belakangan ini anda, atau beberapa dari anda, atau siapapun anda sedang senang sekali membagi-bagikan buku kepada masyarakat luas. sejauh positif yang saya usahakan kepada anda, saya berpikiran anda sedang berusaha membagi kebahagiaan karena anda sudah bisa membaca. saya tidak memikirkan hal lain selain kesenangan anda untuk berbagi.saya hargai itu. karena sifat alamiah manusia memang berbagi. itulah kenapa ada facebook atau twitter dengan segala macam kegiatan yang pemilik akun facebook berusaha bagi.
sampai pada suatu waktu saat saya mengerti ada hal lain yang ingin anda bagi tanpa mengetahui kami menginginkannya atau tidak. menyukainya atau tidak. Tuan, saat itu saya sedang menaiki sebuah busway. bersama dengan penumpang lainnya kami memiliki tujuan kami masing-masing. saya yang ingin membagi kelelahan saya dengan kasur dan bantal saya, seorang ibu dan temannya yang membawa sepatu pria dalam tas belanjanya, sepasang bapak ibu paruh baya dengan kotak kardus nasi atau entah apa isinya, dan penumpang lain yang bahkan tidak bisa berbagi tempat duduk dengan penumpang yang tengah berdiri.

semuanya normal dengan sifat alamiah manusia tersebut untuk berbagi. sampai pada saat sebuah ledakan terdengar cukup keras di bagian belakang busway.tanpa pikir panjang semua konsentrasi menuju pada pintu keluar, rasa panik, dan anak kecil pun hanya bisa menangis melihat kepanikan yang ditimbulkan oleh orang dewasa. teriakan pramumudi belum bisa menguasai hiruk pikuk penumpang.
"ASAAPPPP!!!"
"bom!!"
"bapak ibuu..jangan panik, mohon jangan panik!"
ngga mempan, om. but good job.

"tenang bapak ibu, ini hanya pecah ban biasa. harap tenang."
tidak lama penumpang mulai mengurangi teriakan mereka setelah pintu samping busway dibuka dan dipindahkan ke busway lain yang melaju di belakang kami, dengan tetap berdesakan karena panik yang masih tersisa.

dan di halte itupun seorang bapak paruh baya menyesali kepanikannya karena telah menyebabkan kotak kardus yang ternyata berisi nasi itu penyok dan isinya berantakan.
"bapak habis kondangan, ini nasi bapak bawain buat anak saya...".
bapak itu keluar halte dan meneruskan perjalanannya dengan angkot.

Kepanikan yang membuat bapak itu menyesal, kepanikan yang membuat seorang anak kecil menangis, kepanikan yang membuat saya hampir menabrak ibu-ibu di dalam bus.
kepanikan yang sepele karena ban pecah. hal sepele yang menjadi sangat besar karena paranoid atau ketakutan akan hal yang sama dengan buku-buku yang "mungkin" anda bagi-bagikan, Tuan.
sekali lagi, kejadian ini memang sepele Tuan. bahkan tidak ada satu wartawan magangpun yang berminat untuk meliput.
kalau anda memang suka berbagi, akan lebih baik anda lihat ekspresi kekecewaan dari si bapak paruh baya.yang menyesali kepanikannya. yang untungnya tidakmengalami gangguan jantung. atau dengar tangisan ketakutan seorang anak dalam pangkuan ibunya. dan cium aroma ketakutan saat kami berdesak-desakkan mencari pintu keluar.
atau, memang ini yang anda inginkan?


p.s.: sampe sekarang saya masih bertanya2 bagaimana ban yang pecah bisa menimbulkan asap di dalam bis. oh sudahlah, sing penting waras...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar