Kamis, 12 Januari 2012

Saklar Kendor

tengah malam terbangun karena perut kosong adalah musibah tersendiri bagi anak kost. berusaha merem lagi sambil mikir dmana ada warung yang menyediakan sesuatu untuk dikunyah dalam radius tidak lebih dari 1KM. memikirkan minimarket, otomatis juga mempertimbangkan untuk melewati gerombolan manusia gembira,yang sedang duduk bercengkrama dengan topi miring atau jack daniel's. dan sialnya, seingatq, ada warung indomie disekitar situ. akhirnya cuma minum,telentang pasrah, dan membuat rencana untuk membeli kompor listrik. dan stok makanan tentunya.

merem melek, guling kanan kiri. itu badanq.
nyala padam, kedap kedip. itu lampu teras kosq. isolatip pengganjal saklarnya kendor.lagi, untuk kesekian kalinya. dengan posisi miring kiri, aku sedikit ngliat keluar melalui bagian atas jendela, menuju seekor cicak yang juga ikut bergerak mengikuti ketidakkonsistenan si lampu. saat itulah, saat aku merasa bosen ngliat si cicak, saat aku mengalihkan pandangan ke sebelah kiri tempat tidur, saat si lampu sudah mulai konsisten menyala, ada seonggok harapan berwujud wafer k***g g***.
aha! lumayan dua potong.rasa coklat, dan....mlempem!!!
empat kali empat sama dengan enambelas,ingin mengumpat tapi tak sempat karna malas.
tidak ada ide sama sekali untuk membuatnya renyah kembali kecuali memutar waktu dan menutup kembali toples saat memakan potongan terakhirq kemarin.

ya sudahlah! dengan segelas air putih pun wafer alot ( alot ya, not a lot) itu bisa kutelan. dan alhamdulillah bisa mengantar tidur lagi. (sujud syukur). ada gunanya juga kemarin nyisain wafer, ada gunanya juga wafer itu menjadi mlempem. minimal aku bersyukur karena ada yang bisa dikunyah malam itu.
akan sangat tidak membanggakan saat orang tuamu bertanya kenapa ga bisa tidur semalam dan kita menjawabnya dengan lapar. dan wafer mlempem pun menyelamatkan mukamu.

mlempem jelaslah sebuah kualitas. kondisi ideal antara eksistensi dan kualitas memang harus diupayakan.
namun mensyukuri eksistensi kadang lebih bijak daripada mengeluhkan kualitas..
hell yeah!! i love wafer. a lot. (kali ini a lot, tidak lagi alot).

Salam sayang untuk Tuan Teroris

Minggu, 3 April 2011, JTM-xxx, harmoni-pulogadung.

Kepada yang terhormat Tuan Teroris, apapun jenis kelaminmu, yang memiliki hati nurani, sebelum saya berpanjang lebar disini saya sudah berusaha sebisa mungkin agar pikiran saya selalu positif terhadap anda.
beberapa waktu belakangan ini anda, atau beberapa dari anda, atau siapapun anda sedang senang sekali membagi-bagikan buku kepada masyarakat luas. sejauh positif yang saya usahakan kepada anda, saya berpikiran anda sedang berusaha membagi kebahagiaan karena anda sudah bisa membaca. saya tidak memikirkan hal lain selain kesenangan anda untuk berbagi.saya hargai itu. karena sifat alamiah manusia memang berbagi. itulah kenapa ada facebook atau twitter dengan segala macam kegiatan yang pemilik akun facebook berusaha bagi.
sampai pada suatu waktu saat saya mengerti ada hal lain yang ingin anda bagi tanpa mengetahui kami menginginkannya atau tidak. menyukainya atau tidak. Tuan, saat itu saya sedang menaiki sebuah busway. bersama dengan penumpang lainnya kami memiliki tujuan kami masing-masing. saya yang ingin membagi kelelahan saya dengan kasur dan bantal saya, seorang ibu dan temannya yang membawa sepatu pria dalam tas belanjanya, sepasang bapak ibu paruh baya dengan kotak kardus nasi atau entah apa isinya, dan penumpang lain yang bahkan tidak bisa berbagi tempat duduk dengan penumpang yang tengah berdiri.

semuanya normal dengan sifat alamiah manusia tersebut untuk berbagi. sampai pada saat sebuah ledakan terdengar cukup keras di bagian belakang busway.tanpa pikir panjang semua konsentrasi menuju pada pintu keluar, rasa panik, dan anak kecil pun hanya bisa menangis melihat kepanikan yang ditimbulkan oleh orang dewasa. teriakan pramumudi belum bisa menguasai hiruk pikuk penumpang.
"ASAAPPPP!!!"
"bom!!"
"bapak ibuu..jangan panik, mohon jangan panik!"
ngga mempan, om. but good job.

"tenang bapak ibu, ini hanya pecah ban biasa. harap tenang."
tidak lama penumpang mulai mengurangi teriakan mereka setelah pintu samping busway dibuka dan dipindahkan ke busway lain yang melaju di belakang kami, dengan tetap berdesakan karena panik yang masih tersisa.

dan di halte itupun seorang bapak paruh baya menyesali kepanikannya karena telah menyebabkan kotak kardus yang ternyata berisi nasi itu penyok dan isinya berantakan.
"bapak habis kondangan, ini nasi bapak bawain buat anak saya...".
bapak itu keluar halte dan meneruskan perjalanannya dengan angkot.

Kepanikan yang membuat bapak itu menyesal, kepanikan yang membuat seorang anak kecil menangis, kepanikan yang membuat saya hampir menabrak ibu-ibu di dalam bus.
kepanikan yang sepele karena ban pecah. hal sepele yang menjadi sangat besar karena paranoid atau ketakutan akan hal yang sama dengan buku-buku yang "mungkin" anda bagi-bagikan, Tuan.
sekali lagi, kejadian ini memang sepele Tuan. bahkan tidak ada satu wartawan magangpun yang berminat untuk meliput.
kalau anda memang suka berbagi, akan lebih baik anda lihat ekspresi kekecewaan dari si bapak paruh baya.yang menyesali kepanikannya. yang untungnya tidakmengalami gangguan jantung. atau dengar tangisan ketakutan seorang anak dalam pangkuan ibunya. dan cium aroma ketakutan saat kami berdesak-desakkan mencari pintu keluar.
atau, memang ini yang anda inginkan?


p.s.: sampe sekarang saya masih bertanya2 bagaimana ban yang pecah bisa menimbulkan asap di dalam bis. oh sudahlah, sing penting waras...

Boker Duit

Rawamangun, 16 oktober 2011

Dari jaman saya kenal dunia romansa, ada sebuah kalimat manis – yang mungkin sekarang sudah basi-, bunyinya begini kira2, “kita akan merasa memiliki sesuatu sampai kita merasa kehilangannya”. Dah sering denger kan? Kalo iya berarti, ungkapan basi yang saya bilang tadi ga salah. Kalimat manis itu sudah merakyat sedemikian rupa kepada semua orang. Dari manapun masuknya. kalau saya tahu kalimat ini dari halaman tengah kamus saku bahasa inggris jaman SD, satu nomor dibawah kalimat “First love will never die”.

Bukan ranah saya sebagai seorang pelaksana biasa untuk membahas sebuah romansa itu, itu jatahnya mas-mas pujangga. Mungkin @Adolf Ruben bisa menjelaskannya untuk anda. Seperti saya tulis diatas, kalimat manis itu sudah mendarah daging, karena hal itu memang satu paket dengan apa yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Kata intinya memiliki dan kehilangan. Sampai disini kayaknya udah mulai kebaca mau ngomongin apa. Kalau memiliki itu dianalogikan sebuah proses masuk, maka kehilangan sah sah aja kan kalo saya anggap proses keluar. Keseimbangan.

 why so serious? Ga ada alasan tertentu sih, sering mikir aja pas lagi mengeluarkan duit dengan alasan yang diluar perkiraan. Sengaja atau ngga. salah borong DVD serial yang ternyata subtitlenya berantakan, ban motor bocor dengan lucunya, sandal kebawa orang di mesjid, ada yang naksir helm kita di parkiran, dan lain sebagainya. Kalau keseimbangan itu merupakan hal yang hakiki, berarti ada yang ga beres dengan diri saya kalo masih ngalamin hal-hal tersebut diatas. Kalo saya masih mengalami hal-hal itu, gejala apa ini?

Tidak ada kaitannya dengan hobi makan saya sehingga saya kaitin dengan makan. Saat kita makan, sejumlah makanan itu masuk ke dalam tubuh kita. Kita ambil sari-sari makanan yang diperlukan oleh tubuh, dan berakhir di toilet. (plung..plung…#sekadar bekson). Dari proses makan itu, hak untuk tubuh kita hanyalah sari-sari makanan. Sementara yang bukan hak kita berbentuk feses yang harus kita keluarkan. Ga usah diajarin, secara naluriah akan kita keluarkan dengan proses boker. Gambaran ini menunjukan sebuah keseimbangan alamiah pada tubuh manusia.  Bayangkan sebuah ketidakseimbangan dengan orang yang ga boker, tiga hari aja. badannya penuh dengan pup. Yucks!

Jadi intinya kita harus boker??? Boleh aja ngambil kesimpulan seperti itu, asal kita ngliat lagi asal mula bisa mengalami hal2 lucu diatas. Tanggal satu gajian, saat itu kita sedang makan, mengunyah, menelan, dan mencerna. Dari gaji atau pemasukan itu kita pisahkan sesuai dengan kebutuhan kita, saat inilah tubuh memproses sari-sari makanan itu. Kita menikmati hak kita. Nikmat?oh tentu kalau kita menyeimbangkannya dengan kewajiban boker kita. Tubuh akan merespon dengan gejala lain saat lupa akan kewajiban boker kita. Sakit atau yang lain. sakit ini kalau kita bawa ke segi pemasukan atau gajian tadi bisa berbentuk kejadian2 lucu diatas. Jadi ini yang ga beres. Terjemahkan saja boker ini menjadi sesuatu yang bersifat amal. Masing-masing dari kita memegang keyakinan sendiri bagaimana melakukannya.
Biar terkesan keren, kayaknya oke kalo diakhiri dengan slogan. Apapun yang kita makan, tubuh akan sehat dengan boker. Tiada nikmat seindah boker. Salam ngeden.

Begitulah

tersebutlah suatu tempat dimana mengalir sebuah mata air yang menurut kabar dapat membuat awet muda. banyak yang berkunjung kesana untuk sekadar membasuh mukanya, mengambil air tersebut dengan botol air kemasan, bahkan berendam. sekali lagi dengan angan-angan awet muda. mungkin orang yang berendam itu belum kenal formalin.

lanjut, lalu datanglah si Fulan entah dari mana dia mengetahui tempat tersebut. dengan tujuan yang sudah jelas dan tekad yang bulat agar ia nampak awet muda. berendam lah dia di mata air tersebut. tidak lama ia disana karena banyaknya pengunjung.

keadaan yang lembab mendukung tumbuh suburnya lumut di mata air tersebut. naas bagi si Fulan, saat akan beranjak keluar dari mata air, ia hendak menapakkan kakinya pada sebuah batu, ia tidak memperhatikan adanya lumut yang membuat batu itu licin saat dipijak. walaupun batu yang lain juga licin, namun cukup fatal bila ada kepala yang menghantamnya.

berakhirlah si Fulan, di tempat dimana ia mencoba meraih angan awet muda. memang ia awet muda karena ia tidak pernah lagi bertambah tua, mulai saat itu. cerita macam apa ini bray? entahlah, setiap orang berhak mengeluarkan apresiasi dan menentukan sendiri hikmah apa yang ada disini, kalau ada, semoga ada. garis tangan? bisa, boleh dibahas kalau mau. satu yang pasti dan hakiki. silahkan dikembangkan sendiri pembelajarannya.saya sendiri masih belajar. sori,  bukan buat UAS. yang lain.


Rawamangun, 7 Januari 2012, hujan di malam minggu.
@kurniateha